![](http://s5.favim.com/orig/53/heart-photography-Favim.com-501883.jpg)
Cinta.
Lima huruf yang senantiasa menjadi pembicaraan manusia sepanjang masa. Cinta. Satu
kata yang selalu punya tempat istimewa dalam hati milyaran umat manusia. Cinta.
Segumpal perasaan dalam jiwa manusia yang membuat hidup menjadi indah dan
damai, karena cinta bagaikan rahim ibu yang melahirkan banyak kebaikan;
perhatian, kepedulian, saling berbagi, pengorbanan, dan lainnya.
Cobalah tanyakan kepada para ibu, kenapa mereka rela
bersusah payah mengandung selama sembilan bulan melewati perihnya detik-detik
kelahiran? Jawabannya adalah cinta. Cintanya kepada bayinya. Tanyakanlah kepada
para ayah, apa yang membuat mereka rela banting tulang mencari nafkah untuk
menghidupi keluarga? Jawabannya adalah cinta. Cintanya kepada sang istri dan anaknya.
Jika kita bisa bertanya kepada para pahlawan yang telah gugur, apa yang membuat
mereka rela mengorbankan harta, raga, dan jiwanya, meskipun mereka tidak merasakan kemerdekaan
sesudahnya yang kita rasakan saat ini? Jawabannya adalah cinta. Cintanya kepada
Allah, rakyat, dan
bangsanya.
Tanyakanlah juga kepada Sang Pencipta, mengapa Dia
menciptakan manusia sementara Dia tidak mendapatkan keuntungan apa pun darinya?
Jawabannya adalah cinta. Cinta-Nya kepada hamba-hamba-Nya.
Begitulah seharusnya cinta bekerja, menghidupkan dan
menumbuhkan, bukan menghancurkan dan melemahkan, meski ada perih, air mata
bahkan darah. Ketika melahirkan, sang ibu menjerit kesakitan dan sang bayi
menangis. Setelah itu, lahirlah senyum sang ibu dan kehidupan sang bayi. Ketika
bekerja, sang ayah berpeluh keringat. Setelah itu, hadirlah kebahagiaan seluruh
keluarga. Ketika berjuang, sang pahlawan terluka, berdarah-darah bahkan
kehilangan nyawa. Namun setelah itu, catatan manis di dunia dan balasan surga
bagi sang pahlawan. Kemerdekaan dan jejak-jejak keteladanan generasi
setelahnya.
Maka, perasaan cinta kepada siapapun yang hadir dalam jiwa kita, haruslah menghidupkan dan menumbuhkan, bukan menghancurkan dan melemahkan. Seperti sinar matahari dan air bagi bunga. Orang-orang yang kita cintai; ayah, ibu, kakak, adik, istri, anak, saudara, sahabat, tetangga, guru, atau murid; bagaikan kuncup bunga yang masih tertutup. Cinta dan kebaikan kita pada mereka adalah sinar matahari dan airnya. Dan mungkinkah suatu hari mereka berkata, “…dan nafas cintamu meniup kuncupku, hingga ia mekar menjadi bunga.”