Friday, 12 February 2016

C.I.N.T.A

 
Cinta. Lima huruf yang senantiasa menjadi pembicaraan manusia sepanjang masa. Cinta. Satu kata yang selalu punya tempat istimewa dalam hati milyaran umat manusia. Cinta. Segumpal perasaan dalam jiwa manusia yang membuat hidup menjadi indah dan damai, karena cinta bagaikan rahim ibu yang melahirkan banyak kebaikan; perhatian, kepedulian, saling berbagi, pengorbanan, dan lainnya.
Cobalah tanyakan kepada para ibu, kenapa mereka rela bersusah payah mengandung selama sembilan bulan melewati perihnya detik-detik kelahiran? Jawabannya adalah cinta. Cintanya kepada bayinya. Tanyakanlah kepada para ayah, apa yang membuat mereka rela banting tulang mencari nafkah untuk menghidupi keluarga? Jawabannya adalah cinta. Cintanya kepada sang istri dan anaknya. Jika kita bisa bertanya kepada para pahlawan yang telah gugur, apa yang membuat mereka rela mengorbankan harta, raga, dan jiwanya, meskipun mereka tidak merasakan kemerdekaan sesudahnya yang kita rasakan saat ini? Jawabannya adalah cinta. Cintanya kepada Allah, rakyat, dan bangsanya.
Tanyakanlah juga kepada Sang Pencipta, mengapa Dia menciptakan manusia sementara Dia tidak mendapatkan keuntungan apa pun darinya? Jawabannya adalah cinta. Cinta-Nya kepada hamba-hamba-Nya.
Begitulah seharusnya cinta bekerja, menghidupkan dan menumbuhkan, bukan menghancurkan dan melemahkan, meski ada perih, air mata bahkan darah. Ketika melahirkan, sang ibu menjerit kesakitan dan sang bayi menangis. Setelah itu, lahirlah senyum sang ibu dan kehidupan sang bayi. Ketika bekerja, sang ayah berpeluh keringat. Setelah itu, hadirlah kebahagiaan seluruh keluarga. Ketika berjuang, sang pahlawan terluka, berdarah-darah bahkan kehilangan nyawa. Namun setelah itu, catatan manis di dunia dan balasan surga bagi sang pahlawan. Kemerdekaan dan jejak-jejak keteladanan generasi setelahnya.

Maka, perasaan cinta kepada siapapun yang hadir dalam jiwa kita, haruslah menghidupkan dan menumbuhkan, bukan menghancurkan dan melemahkan. Seperti sinar matahari dan air bagi bunga. Orang-orang yang kita cintai; ayah, ibu, kakak, adik, istri, anak, saudara, sahabat, tetangga, guru, atau murid;  bagaikan kuncup bunga yang masih tertutup. Cinta dan kebaikan kita pada mereka adalah sinar matahari dan airnya. Dan mungkinkah suatu hari mereka berkata, “…dan nafas cintamu meniup kuncupku, hingga ia mekar menjadi bunga.”

referensi : kata-kita